Welcome....

selamat datang aja lah..

24 Aralık 2013 Salı

IDE GILA SELAMATKAN JAKARTA

IDE GILA SELAMATKAN JAKARTA
Jakarta tempat aku dibesarkan dan dilahirkan ini adalah sebuah kota yang mengagumkan kota yang telah menjadi saksi peradaban lebih dari 400 tahun,walau kini masih banyak permasalahan yang dihadapi mulai dari kemacetan yang menjadi fenomena sehari-hari di Jakarta dan juga permasalahan sosial seperti pengangguran, banyaknya pengemis dan masih banyak lagi, kota yang penuh dengan paradoks dikesehariannya dimana bisa kita temukan banyak gedung tinggi gemerlap bersebelahan dengan perkampungan kumuh, hingga mobil-mobil mentereng merek terkenal luar negeri lalu lalang tetapi manusia gerobak makin bertambah dikolong-kolong jembatan dan emperan toko, tapi aku tetap mencintai kotaku ini. Kota dengan luas 740.3 km2 (285.8 mil²) yang berdiri sejak 22 Juni 1527 dan dihuni lebih dari 10 juta jiwa di tahun 2013 ini sejak awal berdiri merupakan kota pelabuhan penting yang menjadi pintu gerbang interaksi dengan bangsa lain hingga sekarang, sebagai Ibukota Indonesia, Jakarta benar-benar memegang peranan penting sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian bangsa, Jakarta adalah tempat dimana teks proklamasi kemerdekaan  Republik Indonesia dibacakan pada 17 Agustus 1945 yang menjadi awal berdirinya negara Indonesia yang merdeka.

Dan ketika wacana tentang pemindahan ibukota mencuat diberbagai media setelah banjir besar pada akhir tahun 2012 hingga awal tahun 2013 yang membuat sebagian kota Jakarta terendam, wacana pemindahan ibukota itu membuatku tertarik apa yang sebenarnya yang membuat wacana pemindahan ibukota tersebut ramai dibicarakan baik dikoran, televisi bahkan di media social seperti twitter hingga rasa ingin tahuku menuntunku menemukan buku berjudul “Logika Pemindahan Ibukota Jakarta” karya Raharjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita  yang menerangkan tentang alasan perlunya memindahkan ibukota dari Jakarta, dan dari sekian banyak alasan yang dikemukan di buku tersebut ada satu yang benar-benar membuatku terkejut dan heran penulis dengan yakinnya memprediksikan bahwa Jakarta akan tenggelam, bukan terendam pada tahun 2030 atau bahkan lebih cepat daripada itu, “bagaimana bisa” pikirku?.

            Dijelaskan dalam buku tersebut banyak bagian kota Jakarta yang permukaan tanahnya lebih rendah dari permukaan laut, sehingga dapat berpotensi terendam banjir.  Wilayah banjir di kota Jakarta pada tahun 1972 adalah sekitar 10 persen dari total wilayah Jakarta, Pada tahun 1982 bertambah luas mencapai sekitar 25 persen, dan pada tahun 2002 mencapai 60 persen, menyebabkan berbagai bagian wilayah Jakarta menjadi daerah langganan banjir yang tersebar di Jakarta, bukan hanya di Jakarta Utara, tetapi sudah menyeluruh dikota Jakarta, ada 3 faktor yang menyebabkan itu semua,pertama yaitu penurunan permukaan tanah dibanyak bagian wilayah jakarta, karena beban yang sangat berat dari gedung dan bangunan bertingkat tinggi yang jumlahnya sangat banyak dan eksploitasi air tanah yang berlebihan, kedua meningkatnya permukaan laut sekitar 2 cm setiap tahun akibat pemanasan global, ketiga adalah ancaman banjir rob yakni banjir yang disebabkan pasangnya air laut.

            Yang ada dipikiranku saat membaca saat itu adalah Jakarta tempat aku lahir dan dibesarkan ini akan tenggelam didalam air menjadi kota mati sisa peradaban yang berada dibawah permukaan laut, dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya hanya bisa pasrah menunggu sejengkal demi sejengkal tanah jakarta direndam oleh air hingga yang tersisa hanya puncak-puncak gedung pencakar langit yang menyembul dari dalam air benar-benar mengerikan.

            Aku tidak ingin kota Jakarta hilang tenggelam menjadi puing peradaban dibawah laut aku tidak ingin kota yang menjadi saksi perkembangan indonesia dari zaman ke zaman hilang tanpa kita berjuang untuk menyelamatkannya, tapi bagaimana?? bagaimana kita menyelamatkannya?? dan seketika terbersit dalam pikiranku ide gila, ya ide gila menyelamatkan Jakarta, Bagaimana kalau kita buat Jakarta mengapung dengan seluruh isinya dengan semua pohon, sungai, bangunan dan semua warga Jakarta, tapi sejurus kemudian aku tahu itu mustahil hanya saja aku tidak mau menerimanya aku biarkan ide ini menjadi mimpi yang ingin aku lihat dimasa depan.

Mimpi mengapungkan Jakarta sering kali menghampiri setiap aku melihat berita tentang Jakarta yang sedang dilanda banjir, apalagi setelah aku mencari tentang ide mengapungkan Jakarta dan ternyata di Belanda telah ada ide bahkan telah diaplikasikan bagaimana membangun kota diatas air, Koen Olthuis salah seorang arsitek kenamaan  Belanda bersama dengan perusahaannya Waterstudio.NL mengembangkan Floating Architecture (Arsitektur Mengapung) dengan konsep Floating City (Kota Mengapung), bahkan mereka telah berhasil membangun floating water villas, floating apartments di Citadel, Naaldwijk, Belanda dan membangun masjid terapung di The Hague, Belanda dan lebih jauh lagi Arsitek asal belanda itu telah membangun padang golf terapung di Maldives. Pada awalnya konsep Floating city digagas pada tahun 2009 oleh Rutger de Graaf yang juga merupakan arsitek dari negeri kincir angin tersebut dan  bersama dengan perusahaannya Deltasync dan perusahaan Arsitektur Public Domain Architects mereka merealisasikan konsep tersebut dan membangun proyek bernama Rotterdam Floating Pavilion, Rutter de Graaf sendiri mengatakan “Pembangunan Floating City tidak dapat menyelesaikan masalah perubahan iklim, tapi bisa menjadi solusi yang mungkin dikembangkan.” Dan proyek yang Rotterdam Floating Pavilion yang didukung oleh Rotterdam Climate Initiative telah sampai pada tahap pembangunan prototype yang sudah selesai dibangun dan dipamerkan pada Januari 2013.

            Walaupun konsep Floating City yang digagas oleh arsitek Belanda Rutter de Graaf dan dikembangkan oleh Koen Olthuis berbeda dengan konsep mengapungkan Jakarta yang aku pikirkan, karena konsep Floating City adalah membangun kota diatas air dari awal sedangkan konsep mengapungkan Jakarta yang aku pikirkan bukanlah membangun kota diatas air yang merendam Jakarta akan tetapi benar-benar mengangkat permukaan tanah Jakarta hingga berada diatas air bersama dengan gedung-gedung, Jalan, Patung, Pohon hingga seluruh warga Jakarta. pada titik ini aku merasakan bila datang saatnya Jakarta benar-benar mulai tenggelam sejengkal demi sejengkal ide ini tidak akan dengan mudah diterima oleh banyak orang, itupun hanya sebatas menerima ide tersebut belum pada tahap untuk mengimplementasikannya. Dikarenakan tentunya untuk merealisasikannya diperlukan dana yang besar dengan risiko yang tidak sedikit dan hasil yang mungkin bisa dibilang absurd bagi sebagian orang, mereka akan lebih memilih untuk meninggalkan Jakarta dan membangun ditempat lain, akan tetapi aku merasa ini semua patut diperjuangkan kita tidak bisa meninggalkan kota Jakarta tenggelam begitu saja tanpa melakukan apapun.

            Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengapungkan Jakarta, mulai dari resiko guncangan yang terjadi ketika proses mengapungkannya hingga bagaimana menstabilkan Jakarta yang telah terapungkan, ditambah dengan sungai yang harus kembali direkayasa dikarenakan berubahnya permukaan tanah dari permukaan laut, dan juga pasokan air ke kota Jakarta karena air tanah bisa saja terkontaminasi dengan air laut dikarenakan terapungnya Jakarta, akan tetapi aku yakin semua bisa disesuaikan apabila ada dukungan dari semua pihak untuk itulah tahap awal dari rencana ini semua adalah meyakinkan  setiap elemen masyarakat yang ada untuk mendukung rencana ini, kita memerlukan blue print rencana mengapungkan Jakarta dengan berbagai tahap yang akan dilaksanakan, dengan semangat untuk menyelamatkan Jakarta dan menjadikannya sebagai bentuk usaha dan perjuangan mempertahankan warisan Indonesia yang tak tergantikan kita akan menjadikannya nyata, menjadikan Jakarta sebagai kota pertama yang diapungkan dalam sejarah.

            Memang sebuah proyek yang gila dan ambisius, akan tetapi sejarah telah membuktikan sebuah terobosan dan inovasi selalu dilakukan oleh orang yang dianggap gila pada masanya dan dijuluki jenius ketika kegilaannya menjadi kenyataan dimasa depan.
           
           
           

                         
           


PERJUANGAN SEORANG IBU



            Dalam khazanah kekayaan budaya bangsa kita yang sangat beragam kita mengenal adanya cerita rakyat dan salah satu cerita rakyat yang populer adalah cerita rakyat Malin Kundang yang berasal dari Sumatera Barat, diceritakan ada seorang pemuda yang bernama Malin Kundang yang pada awalnya adalah pemuda biasa di suatu desa yang hidup bersama ibunya dengan sederhana hingga pada suatu saat ia memutuskan untuk pergi merantau dan setelah Malin Kundang sukses diperantauan, kemudian kembali ke kampung halamannya ia enggan mengakui ibunya karena merasa malu hingga sang ibu murka dan mengutuknya ia berkata “Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!”  setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku hingga pada akhirnya benar-benar menjadi sebuah batu karang yang hingga saat ini dipercaya berada di Pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat. dalam kisah Malin Kundang tersebut jelaslah bahwa dalam kultur kita Ibu memiliki sebuah arti yang begitu penting hingga pada akhirnya tuhan menjatuhkan hukumannya kepada anak yang telah durhaka dan menyakiti ibunya.

            Selain itu dalam agama islam seorang ibu pun mendapatkan kedudukan yang luar biasa hingga kita sering mendengar dari para ustadz, penceramah ataupun guru perkataan “Surga berada dibawah telapak kaki ibu” begitu istimewanya seorang ibu hingga sang nabi menisbatkan surga sesuatu yang diinginkan setiap orang yang beriman berada dibawah telapak kaki ibu, bahkan ketika Nabi Muhammad SAW ditanya oleh sahabatnya “kepada siapakah aku harus berbakti” beliau menjawabnya Ibu, ibu dan ibu sebanyak tiga kali setiap kali ditanyakan pertanyaan yang sama menjadikan ibu sebagai orang pertama yang harus kita hormati dan sebagai tempat berbakti, dan saya yakin dalam ajaran setiap agama juga pastilah menempatkan ibu ditempat yang mulia dan istimewa.

            Betapa mulia dan istimewanya kedudukan seorang ibu tidaklah lagi terbantahkan, tidaklah berhak kita untuk menyakitinya walaupun hanya dengan berkata “ahhhh” padanya, kasih sayang ibu kepada anaknya sudah jelas terlihat, begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan untuk anak-anaknya bahkan kasih sayang tersebut bisa kita saksikan pada binatang dimana induk binatang menjaga anak-anaknya baik dari pemangsa, kedinginan ataupun hal lainnya.

            Pengorbanan dan perjuangan ibu ketika mengandung selama sembilan bulan hingga pada akhirnya melahirkan kita adalah sebuah perjuangan yang benar-benar pada hakikatnya mempertaruhkan nyawa, pada umumnya manusia hanya dapat menahan rasa sakit sebesar 45 del (satuan rasa sakit) sedangkan dalam proses melahirkan sang ibu akan merasakan rasa sakit hingga 57 del yang digambarkan oleh para ahli bagaikan 20 tulang yang dipatahkan secara serentak, dan resiko kematian bagi ibu melahirkan yang di istilahkan sebagai Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut Kemenkes adalah 355 kematian dalam 100 ribu kelahiran, yang apabila kita bandingkan dengan negara-negara di Asia merupakan angka yang sangat besar.


Angka Kematian Ibu (AKI) tinggi salah siapa?
Sumber : Litbang “kompas”/NDW, diolah dari berbagai sumber Grafik : Dicky/Rianto

Definisi dari angka kematian ibu menurut  International Statistical Classification of Disease, Injuries, and Causes of Death adalah Kematian seorang perempuan yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya, atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan, berdasarkan hasil survei Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu pada tahun 2007 mencapai angka 228 per 100 ribu kelahiran hidup dan ternyata pada tahun 2012 angka itu mengalami kenaikan hingga mencapai  359 per 100 ribu kelahiran hidup, terjadi peningkatan sebanyak 57% dalam kurun waktu 5 tahun.

Angka kematian ibu di Indonesia apabila dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya seperti yang ditunjukkan oleh grafik diatas masih sangatlah tinggi angka kematian ibu di Indonesia masih lebih besar dari India yang jumlah penduduknya lebih dari 1 milyar jiwa 4 kali lipat dari penduduk Indonesia dan hanya selisih 80 dengan Timor Leste yang penduduknya hanya sekitar 1 juta jiwa, tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang sangat tinggi berdasarkan data tersebut sangat mengkhawatirkan ditambah kenyataan bahwa terjadi peningkatan yang cukup berarti dari tahun ketahun, Pertanyaan mendasarnya adalah apa yang menyebabkan angka kematian ibu di Indonesia tinggi? Bagaimana menurunkan angka kematian ibu? kontribusi apa yang dapat kita lakukan? Jangan biarkan bayi-bayi yang baru lahir itu kehilangan kehangatan ibunya, menjadikan malaikat pelindungnya tidak bisa melindunginya.

Menurut Women Research Institute (WRI) penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia sangat kompleks dan beragam diantaranya yang memiliki pengaruh signifikan adalah faktor kemiskinan, kebijakan yang bias gender, keadaan geografis yang sulit dan infrastruktur yang kurang memadai.

Persoalan pertama yang diyakini mempunya kontribusi besar terhadap tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah mengenai kemiskinan, pada dasarnya adalah persoalan yang sangat krusial dimana ketika pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah persalinan tidak dapat dijangkau oleh rakyat miskin dan mereka lebih memilih untuk melahirkan dibantu dukun beranak atau cara lain membuat proses persalinan menjadi lebih beresiko memang dalam proses persalinan biasa mungkin proses persalinan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi apabila terjadi komplikasi dalam proses persalinan dan terlambat untuk diantisipasi resiko kematian ibu akan menjadi sangat tinggi, menurut WRI walaupun di puskesmas sekalipun telah ada surat keputusan dari bupati bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah gratis, tercatat sekitar 49 persen masih mengeluarkan biaya kurang dari Rp. 300.000 belum termasuk ongkos perjalanan menuju fasilitas kesehatan dan obat-obatan hinggal hal ini membuat rakyat yang keadaan ekonominya lemah enggan untuk memeriksakan kehamilannya dan memilih proses persalinan secara tradisional dan menurut data Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus 2010 persentase kelahiran bayi menurut penolong terakhir adalah dokter sebesar 15,3 %, bidan tenaga medis 61,2%, tenaga medis 1 %, dukun 21,3%, keluarga 1,2 %.

Keadaan geografis juga ikut menyumbang besarnya angka kematian ibu di Indonesia, masih banyak desa-desa terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan hingga menyebabkan terlambatnya penanganan terutama disaat terjadinya komplikasi yang membahayakan ibu dan janin, lalu selanjutnya adalah infrastruktur yang kurang memadai seperti akses jalan dan transportasi juga menjadi kendala yang cukup serius banyak daerah di Indonesia terutama daerah pedalaman.

Jumlah bidan memang jauh dari mencukupi menurut ikatan bidan Indonesia saat ini ada sekitar 80.000 bidan untuk seluruh Indonesia  akan tetapi yang menambah parah kekurangan bidan adalah tidak meratanya penyebaran bidan di Indonesia masih banyak desa-desa di berbagai wilayah tidak memiliki bidan desa, yang pada akhirnya membuat akses untuk mendapatkan pelayanan persalinan yang memadai semakin sulit.

Mari berkontribusi mengurangi AKI di indonesia

            Diperlukan sinergi dari semua elemen masyarakat untuk menekan angka kematian di Indonesia mulai dari pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat. Pemerintah dalam hal ini adalah kementerian kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Indonesia pada 26 September 2013 mencanangkan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) dengan fokus untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, pada dasarnya juga keseriusan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan bersama seluruh elemen masyarakat dapat menjadi jalan solusi bagi banyak permasalahan di Indonesia termasuk menekan tingginya angka kematian ibu.
            Masyarakat dapat berkontribusi dalam menekan angka kematian ibu dengan lebih memperhatikan kesehatan ibu hamil dan janin jangan pertaruhkan nyawa ibu dan bayi dengan kelalaian dari kita, semua patut mengetahui dan memperhatikan tahapan-tahapan dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu hamil dan janin. Pada akhirnya yang menentukan hidup dan mati adalah Tuhan yang maha kuasa akan tetapi jangan biarkan ibu berjuang sendirian menghadapi persalinan yang mempertaruhkan nyawa jangan biarkan kelalaian kita menjadikan seorang bayi kehilangan kehangatan ibunya atau bahkan tidak mengenali kehangatan ibunya, mari kita semua bahu membahu menekan angka kematian ibu di Indonesia.



Orang Tua dan Kematian

            Sayup—sayup aku mendengar dalam tidurku sebuah teriakan entahlah antara sadar dan tidak ditambah kegaduhan, apa yang sebenarnya terjadi, dan pada akhirnya rasa penasaranku mengalahkan rasa kantuk yang kutahan sejak sore tadi kubuka mataku dan perlahan aku bangkit dari lantai tempatku tidur aku ambil jaket yang kupakai sebagai alas untuk tidur kubereskan kemeja warna biru garis-garis yang sudah awut-awutan segera kuambil handphone Blackberry disaku celanaku dan kulihat jam menunjukkan 03.23, kupakai kembali sepatu pantofelku yang kulepas sebelum tidur dipojok selasar dan samar-samar mulai tercium bau khas rumah sakit yang menjengkelkan.

Dan perlahan aku mendekati sumber kegaduhan yang membangunkanku, setelah sampai dibelokan aku melihat kerumunan laki-laki dan perempuan diliputi kesedihan dan tangisan yang kulihat satu perempuan duduk ditempat duduk yang disediakan rumah sakit air mata yang terus mengalir terlihat jelas diantara sesenggukannya meluapkan kesedihan dengan sebuah hp samsung keluaran terbaru menempel di kupingnya dengan diiring air mata dan getar suara yang memilukan ia mengatakan kepada seseorang yang ditelponnya “Mass ali, ibu sudah tiada” dia terdiam membiarkan airmatanya mengalir dan berusaha melanjutkan kalimatnya “tadi jam 3 dipanggil Allah mas, tolong beritahukan keluarga yang lain yaa mas” kembali ia sesenggukan dan diakhirinya telepon itu dengan ucapan terima kasih kepada orang yang ditelponnya diseberang sana.

            Disampingnya terlihat seorang pemuda lemas dan dipegang oleh lelaki lain yang lebih tua, lelaki yang memegangnya berkata “Istighfar yoo, istigfar” pemuda yang dipegang mulai berontak dan tiba-tiba berteriak “Ibuuuuu” beberapa lelaki dan seorang satpam kembali menguatkan pegangannya ditengah rontaannya ia menangis dengan mata yang telah bengkak ia terus menangis, sementara yang lain kembali memeganginya dan mengajaknya beristighfar, aku diam aku terdiam duduk berjarak 4 tempat duduk dari kerumunan tersebut, pikiranku kosong hanya saja penglihatanku mulai berkabut dan tanpa kusadari air keluar dari mataku tapi pikiranku terlalu kosong untuk menyekanya dan kubiarkan air mata mengalir diam-diam.


            Semenit kemudian ditengah kegaduhan yang masih terjadi pikiranku menerawang entah kemana memikirkan ayat yang sering kudengar dari ustadz-ustadz diberbagai kesempatan “Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut” Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian, kita selalu diingatkan yang bernyawa akan mati, diriku, orang tuaku, temanku, sahabatku, semua pasti dan akan mati, sampai sejauh mana aku menyiapkan diri sudah sejauh mana aku membanggakan orang tuaku ataukah aku mengecewakan mereka selama ini, aku mencoba kembali dari pikiranku dan dengan berjalan hati-hati melewati kerumunan di pagi hari itu aku pergi menuju ruangan rawat inap kelas III  no 604 dan melihat dibalik pintu ayahku yang masih lelap dalam tidurnya dengan berbagai selang yang masih tertancap di hidung, tangan dan saluran lainnya, berdoaku dalam hati semoga beliau diberi kekuatan untuk dapat sembuh dari penyakit jantungnya, dan diberikan yang terbaik oleh Allah SWT, dan diujung doaku aku mendengar sayup azan memanggilku.

Sadam Husen

19 Kasım 2013 Salı

Citarum

Islam dan Kebersihan
Sadam Husen
            Suatu Ironi bagi Indonesia yang mendapat predikat sebagai negara muslim terbesar didunia ketika melihat dua tempat di Indonesia masuk kedalam daftar 10 besar dengan polusi terburuk didunia pada 2013 yang diterbitkan pada hari senin (4/11) oleh lembaga-lembaga lingkungan hidup Amerika Serikat dan Eropa, Dua tempat itu adalah bantaran sungai citarum yang terletak di Jawa Barat dan Kalimantan, Menurut penelitian yang dilakukan di sungai Citarum terdapat kandungan timbal yang 1000 kali lebih tinggi dari yang diperbolehkan dalam standar-standar diamerika serikat, adapun Kalimantan polusi dikawasan tersebut dipicu oleh banyaknya penambangan emas yang menggunakan zat kimia merkuri dan air raksa dalam proses ekstraksi emas.
            Bukankah sejak kita kecil hingga dewasa kita sering mendengar kalimat “Kebersihan sebagian dari iman” dan kita dapat menemukan tulisan tersebut dengan mudah di Masjid, Sekolah ataupun diberbagai tempat lain, tapi mengapa budaya bersih masih saja jauh dari kehidupan kebanyakan masyarakat kita apakah kita menanggapi kalimat tersebut hanya sebagai jargon semata atau sebuah kalimat indah tapi lepas dari esensi dari kalimat tersebut.
            Islam sebagai agama yang kaffah yakni menyeluruh memberikan perhatian besar terhadap kebersihan dari ruang lingkup terkecil hingga yang paling besar, terbukti dari setiap literatur islam yang membahas tentang tata cara ibadah selalu memulai dengan pembahasan thaharah ( bersuci ) karena ibadah tidak akan berarti apabila individu tersebut belum terbebas dari kotoran dan najis oleh karena itu Rasulullah pun dalam salah satu sabdanya menekankan “Kunci shalat adalah kebersihan” sebagaimana diriwayatkan oleh  imam Tirmidzi dan Abu Daud, dan islam mengajarkan kita untuk menjaga harmonisasi dengan alam sebagai salah satu tugas manusia dibumi sebagai khalifah.
            Betapa meruginya kita ketika mengabaikan kebersihan lingkungan dan alam yang merupakan nikmat dan potensi yang diberikan cuma-cuma oleh Allah SWT, Sungai citarum sebagai sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat seharusnya bisa menjadi suatu aset yang tak ternilai apabila sungai tersebut bersih dan indah, sungai Citarum dapat dijadikan ikon wisata yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara seperti sungai Seine yang ada di Paris, Perancis yang menjadi jantung kehidupan kota paris selain sebagai ikon wisata juga merupakan sumber air bersih bagi penduduk kota paris.
            Begitu mahalnya harga yang kita harus bayar atas pengabaian kita terhadap kebersihan lingkungan, banjir yang terjadi dipertengahan bulan April dibandung yang disebabkan oleh meluapnya sungai citarum merendam kecamatan Dayeuh Kolot, Bale Endah, dan Bojongsoang mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit dan dalam usaha membersihkan sungai yang tercemar tersebut pada tahun 2008 Asian Development Bank (ADB) setuju memberikan pinjaman sebesar 500 juta dollar selama 15 tahun.
            Untuk itu diperlukan keinsyafan kita semua dalam menjaga kebersihan terutama kebersihan lingkungan kuncinya adalah rasa memiliki setiap orang terhadap lingkungannya dan  sinergi dari semua pihak mulai dari pemerintahan pusat, daerah, pihak Industri dan masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik.
                       
                       
           
           

             

4 Nisan 2013 Perşembe

Suguhan Jumat - Menjadi Pemimpin Hari Ini


Pernahkah terlintas dipikiran kita untuk menjadi seorang walikota, gubernur, menteri atau bahkan presiden? Menjadi seorang pemimpin rakyat bukanlah hal mudah juga bukan juga hal yang susah sebagaimana sindiran yang disampaikan K.H. Mustofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus“Siapa bilang ngurus indonesia itu sulit. Lihatlah mereka yang bertanggung jawab ngurus negeri ini bisa melaksanakannya hanya sebagai sambilan” sindiran ini dilontarkan sebagai kritik dimana banyak pejabat, menteri dan bahkan presiden dinegeri kita tercinta ini merangkap jabatan sebagai ketua partai politik.

                Pepatah belanda mengatakan “Leiden iz Lijden” yang artinya memimpin adalah menderita, menjelaskan bahwa menjadi seorang pemimpin adalah dimana kita menjadi orang yang selalu menderita memikirkan bagaimana agar yang dipimpin bisa menjadi lebih baik, akan tetapi Rasul akhir zaman, nabi yang merupakan penutup para nabi mendefinisikan kepemimpinan dengan lebih akurat dan jelas, Rasulullah SAW bersabda :”Sayyidul qaumi, Khadimuhum” yang artinya Pemimpin suatu kaum adalah orang yang melayani kaum tersebut, Rasulullah memberikan pandangan kepada kita bahwa menjadi pemimpin bukanlah untuk menyombongkan diri atau bahkan korupsi, akan tetapi menjadi pemimpin untuk dapat melayani.

                Dikisahkan ketika Umar bin Khattab RA Menjabat sebagai khalifah kaum muslimin yang kedua ia menugaskan kepada seseorang untuk datang setiap hari kepadanya dan mengingatkan dirinya akan kematian, bisa jadi pada waktu itu Umar bin Khattab telah menyadari konsep “Power tends to corrupt” yang berarti kekuasaaan itu cenderung korup yang dikemukakan oleh Lord Acton seorang sejarawan italia pada abad ke-18, dengan menyadari hal itu Umar bin Khattab RA menahan kecenderungan kekuasaan yang berada ditangannya dengan selalu mengingat kematian.

                Dan diriwayatkan pada zaman Rasulullah SAW pada suatu ketika ada seorang pemuka kaum yang berzina, tentu saja ia akan dikenakan hukuman sebagaimana yang berlaku. Akan tetapi dikarenakan ia seorang pemuka suatu kaum beberapa orang meminta kepada seorang sahabat untuk membujuk Rasulullah SAW agar orang yang berzina itu dibebaskan dari hukuman, ketika sahabat tersebut  mencoba untuk membujuk Rasullah SAW, Rasulullah pun marah dan berkata “Sungguh inilah sebab yang menghancurkan kaum-kaum sebelum kalian. Bila pemukanya melakukan dosa mereka tidak menghukumnya sedangkan ketika rakyat kecil melakukan dosa mereka menghukumnya seberat-beratnya. Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, Seandainya putriku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya”. Begitulah ketegasan Rasulullah SAW dalam kepemimpinannya, beliau tidak seperti pisau yang tajam kebawah akan tetapi tumpul keatas, ia menyebarkan keadilan dengan seadil-adilnya.

                Pada akhirnya kita semua adalah pemimpin, setidaknya pemimpin atas diri kita sendiri atau keluarga kita nanti sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW “Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan diminta pertanggungjawan atas apa yang kalian pimpin” untuk itu perlu bagi kita untuk memahami bahwa kepemimpinan bukan sebuah tahta kesombongan juga bukan sebuah ladang untuk korupsi, melainkan sebuah amanah dengan tugas untuk melayani dari hati.
                

30 Mart 2013 Cumartesi

AKU INGIN MENULIS - Terjemahan




                Sebagai bagian belajar untuk menulis saya coba menerjemahkan buku. cerita dibawah saya terjemahkan dari bahasa turki, dan ternyata menerjemahkan itu gampang-gampang susah karena kadang ada kalimat bila diterjemahkan perkata itu tidak cocok dibahasa indonesia,jadi terpaksa dimodifikasi biar maknanya sesuai walaupun katanya beda. silakan membaca.

SYAIKH DAN SULTAN

                Pada suatu hari sultan berkata kepada seorang syaikh :
                “mintalah dariku sesuatu”. Lalu Syaikh menjawab:
                “Wahai Sultan, tidakkah engkau merasa malu berkata seperti itu kepadaku?. Aku mempunyai dua budak, walaupun mereka adalah budak biasa tapi mereka bisa memerintah dirimu setiap hari”
                Sultan pun marah mendengar jawaban sang Syaikh:
“Syaikh perkataanmu itu pasti salah, siapa yang bisa memerintah diriku ini, katakan siapa yang bisa memerintahku?”
                Syaikh sambil tersenyum ia menjawab:
“Dua budakku yang bisa memerintah dirimu, yang pertama adalah kemarahan dan yang kedua adalah syahwat”.

LELAKI YANG MEMBUNUH IBUNYA

                Pada suatu hari seorang laki-laki menusuk ibunya hingga meninggal.
Karena hal itu masyarakat berkumpul mengerumuni orang itu dan memakinya:
“Kenapa engkau membunuh ibumu, dasar anak durhaka!”
                Lalu lelaki itu menjawab:
                “ibuku telah melakukan dosa yang sangat kotor, biarkanlah dosanya ditutupi oleh tanah”
                Lalu mereka menimpali:
                “daripada engkau membunuh ibumu, mengapa engkau tidak membunuh orang yang membuatnya melakukan dosa tersebut”
                Lelaki itu:
                “aku lebih memilih hanya membunuh satu orang daripada harus membunuh orang lain setiap harinya”.  Ia ingin mengatakan “aku telah mengeringkan sumber keburukan”
                ®Ketahuilah, ibu yang memiliki sifat yang buruk, yang diketahui kefasadannya itu adalah nafsumu sendiri.
(Kisah yang terdapat di kitab Matsnawi karya Mevlana Jalaluddin Rumi)

              

28 Mart 2013 Perşembe

SU-JU - KENAPA DOAKU TIDAK DIKABULKAN, YA ALLAH??




Diriwayatkan pada suatu hari salah seorang aulia Allah Ibrahim bin Edhem (quddisa sirruh) tengah berjalan di jalanan kota Bashrah. Lalu beberapa orang berkumpul disekitarnya dan beberapa darinya bertanya kepada Ibrahim bin Edhem,
-          Ibrahim bin Edhem, Allah SWT berfirman didalam Al-qur’an “Berdoalah kepadaku niscaya akan aku kabulkan untukmu”(Q.S Al-Mu’min : 60) tapi bertahun-tahun kami memohon dan berdoa tidak juga dikabulkan, apakah sebabnya?
Lalu Ibrahim bin Edhem pun menjawab :
-          Wahai penduduk Bashrah apabila dari 10 hal yang akan aku sebutkan hati kalian dalam keadaan mati bagaimana mungkin doa kalian akan dikabulkan,
1.       Kalian mengetahui dan mengenal Allah, tapi kalian tidak memberikan hak-hak Allah.

2.       Kalian membaca Al-qur’an, tapi kalian tidak mengamalkannya.


3.       Kalian mengaku sebagai musuh setan, akan tetapi kalian memberinya makan dan mengikutinya.

4.       Kalian mengaku sebagai umat nabi Muhammad SAW, tapi kalian tidak mengamalkan sunnah-sunnahnya.


5.       Kalian menginginkan keselamatan dari neraka, tapi kalian sendiri yang melemparkan diri kalian kedalam api neraka.

6.       Kalian menginginkan masuk surga, tapi kalian tidak beramal untuk memasukinya.


7.       Kalian mengatakan akan kepastian datangnya kematian, akan tetapi kalian tidak mempersiapkan diri atas kedatangannya.

8.       Kalian sibuk mencari aib saudara seiman kalian, akan tetapi kalian mengabaikan aib kalian sendiri.


9.       Kalian memakan nikmat-nikmat Allah SWT, tapi kalian tidak mensyukurinya.

10.   Hampir setiap hari kalian melihat dengan mata kalian sendiri orang-orang mati dikuburkan, akan tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.

(Kitab Durratul Waizin, Utsman Hopawi)