IDE GILA SELAMATKAN JAKARTA
Jakarta tempat aku dibesarkan dan dilahirkan ini adalah sebuah kota
yang mengagumkan kota yang telah menjadi saksi peradaban lebih dari 400 tahun,walau
kini masih banyak permasalahan yang dihadapi mulai dari kemacetan yang menjadi
fenomena sehari-hari di Jakarta dan juga permasalahan sosial seperti
pengangguran, banyaknya pengemis dan masih banyak lagi, kota yang penuh dengan
paradoks dikesehariannya dimana bisa kita temukan banyak gedung tinggi gemerlap
bersebelahan dengan perkampungan kumuh, hingga mobil-mobil mentereng merek
terkenal luar negeri lalu lalang tetapi manusia gerobak makin bertambah
dikolong-kolong jembatan dan emperan toko, tapi aku tetap mencintai kotaku ini.
Kota dengan luas 740.3 km2 (285.8 mil²) yang berdiri sejak
22 Juni 1527 dan dihuni lebih dari 10 juta jiwa di tahun 2013 ini sejak awal
berdiri merupakan kota pelabuhan penting yang menjadi pintu gerbang interaksi
dengan bangsa lain hingga sekarang, sebagai Ibukota Indonesia, Jakarta
benar-benar memegang peranan penting sebagai pusat pemerintahan dan pusat
perekonomian bangsa, Jakarta adalah tempat dimana teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan pada 17 Agustus
1945 yang menjadi awal berdirinya negara Indonesia yang merdeka.
Dan ketika wacana tentang pemindahan ibukota mencuat diberbagai
media setelah banjir besar pada akhir tahun 2012 hingga awal tahun 2013 yang
membuat sebagian kota Jakarta terendam, wacana pemindahan ibukota itu membuatku
tertarik apa yang sebenarnya yang membuat wacana pemindahan ibukota tersebut
ramai dibicarakan baik dikoran, televisi bahkan di media social seperti twitter
hingga rasa ingin tahuku menuntunku menemukan buku berjudul “Logika Pemindahan
Ibukota Jakarta” karya Raharjo Adisasmita dan Sakti Adji Adisasmita yang menerangkan tentang alasan perlunya
memindahkan ibukota dari Jakarta, dan dari sekian banyak alasan yang dikemukan
di buku tersebut ada satu yang benar-benar membuatku terkejut dan heran penulis
dengan yakinnya memprediksikan bahwa Jakarta akan tenggelam, bukan terendam
pada tahun 2030 atau bahkan lebih cepat daripada itu, “bagaimana bisa” pikirku?.
Dijelaskan dalam buku tersebut banyak bagian
kota Jakarta yang permukaan tanahnya lebih rendah dari permukaan laut, sehingga
dapat berpotensi terendam banjir.
Wilayah banjir di kota Jakarta pada tahun 1972 adalah sekitar 10 persen
dari total wilayah Jakarta, Pada tahun 1982 bertambah luas mencapai sekitar 25
persen, dan pada tahun 2002 mencapai 60 persen, menyebabkan berbagai bagian
wilayah Jakarta menjadi daerah langganan banjir yang tersebar di Jakarta, bukan
hanya di Jakarta Utara, tetapi sudah menyeluruh dikota Jakarta, ada 3 faktor yang menyebabkan itu semua,pertama yaitu penurunan
permukaan tanah dibanyak bagian wilayah jakarta, karena beban yang sangat berat
dari gedung dan bangunan bertingkat tinggi yang jumlahnya sangat banyak dan
eksploitasi air tanah yang berlebihan, kedua meningkatnya permukaan laut
sekitar 2 cm setiap tahun akibat pemanasan global, ketiga adalah ancaman banjir
rob yakni banjir yang disebabkan pasangnya air laut.
Yang ada dipikiranku saat membaca
saat itu adalah Jakarta tempat aku lahir dan dibesarkan ini akan tenggelam
didalam air menjadi kota mati sisa peradaban yang berada dibawah permukaan
laut, dan tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya hanya bisa pasrah
menunggu sejengkal demi sejengkal tanah jakarta direndam oleh air hingga yang
tersisa hanya puncak-puncak gedung pencakar langit yang menyembul dari dalam
air benar-benar mengerikan.
Aku tidak ingin kota Jakarta hilang
tenggelam menjadi puing peradaban dibawah laut aku tidak ingin kota yang
menjadi saksi perkembangan indonesia dari zaman ke zaman hilang tanpa kita
berjuang untuk menyelamatkannya, tapi bagaimana?? bagaimana kita menyelamatkannya??
dan seketika terbersit dalam pikiranku ide gila, ya ide gila menyelamatkan
Jakarta, Bagaimana kalau kita buat Jakarta mengapung dengan seluruh isinya
dengan semua pohon, sungai, bangunan dan semua warga Jakarta, tapi sejurus
kemudian aku tahu itu mustahil hanya saja aku tidak mau menerimanya aku biarkan
ide ini menjadi mimpi yang ingin aku lihat dimasa depan.
Mimpi mengapungkan Jakarta sering kali menghampiri setiap aku
melihat berita tentang Jakarta yang sedang dilanda banjir, apalagi setelah aku
mencari tentang ide mengapungkan Jakarta dan ternyata di Belanda telah ada ide
bahkan telah diaplikasikan bagaimana membangun kota diatas air, Koen Olthuis
salah seorang arsitek kenamaan Belanda
bersama dengan perusahaannya Waterstudio.NL mengembangkan Floating Architecture
(Arsitektur Mengapung) dengan konsep Floating City (Kota Mengapung), bahkan
mereka telah berhasil membangun floating water villas, floating apartments di Citadel, Naaldwijk, Belanda
dan membangun masjid terapung di The Hague, Belanda dan lebih jauh lagi Arsitek
asal belanda itu telah membangun padang golf terapung di Maldives. Pada awalnya
konsep Floating city digagas pada tahun 2009 oleh Rutger de Graaf yang juga
merupakan arsitek dari negeri kincir angin tersebut dan bersama dengan perusahaannya Deltasync dan
perusahaan Arsitektur Public Domain Architects mereka merealisasikan konsep
tersebut dan membangun proyek bernama Rotterdam Floating Pavilion, Rutter de
Graaf sendiri mengatakan “Pembangunan Floating City tidak dapat menyelesaikan
masalah perubahan iklim, tapi bisa menjadi solusi yang mungkin dikembangkan.”
Dan proyek yang Rotterdam Floating Pavilion yang didukung oleh Rotterdam
Climate Initiative telah sampai pada tahap pembangunan prototype yang sudah
selesai dibangun dan dipamerkan pada Januari 2013.
Walaupun
konsep Floating City yang digagas oleh arsitek Belanda Rutter de Graaf dan
dikembangkan oleh Koen Olthuis berbeda dengan konsep mengapungkan Jakarta yang
aku pikirkan, karena konsep Floating City adalah membangun kota diatas air dari
awal sedangkan konsep mengapungkan Jakarta yang aku pikirkan bukanlah membangun
kota diatas air yang merendam Jakarta akan tetapi benar-benar mengangkat
permukaan tanah Jakarta hingga berada diatas air bersama dengan gedung-gedung,
Jalan, Patung, Pohon hingga seluruh warga Jakarta. pada titik ini aku merasakan
bila datang saatnya Jakarta benar-benar mulai tenggelam sejengkal demi
sejengkal ide ini tidak akan dengan mudah diterima oleh banyak orang, itupun
hanya sebatas menerima ide tersebut belum pada tahap untuk
mengimplementasikannya. Dikarenakan tentunya untuk merealisasikannya diperlukan
dana yang besar dengan risiko yang tidak sedikit dan hasil yang mungkin bisa
dibilang absurd bagi sebagian orang, mereka akan lebih memilih untuk
meninggalkan Jakarta dan membangun ditempat lain, akan tetapi aku merasa ini
semua patut diperjuangkan kita tidak bisa meninggalkan kota Jakarta tenggelam
begitu saja tanpa melakukan apapun.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk mengapungkan Jakarta, mulai dari resiko guncangan yang terjadi ketika proses mengapungkannya hingga bagaimana menstabilkan Jakarta yang telah terapungkan, ditambah dengan sungai yang harus kembali direkayasa dikarenakan berubahnya permukaan tanah dari permukaan laut, dan juga pasokan air ke kota Jakarta karena air tanah bisa saja terkontaminasi dengan air laut dikarenakan terapungnya Jakarta, akan tetapi aku yakin semua bisa disesuaikan apabila ada dukungan dari semua pihak untuk itulah tahap awal dari rencana ini semua adalah meyakinkan setiap elemen masyarakat yang ada untuk mendukung rencana ini, kita memerlukan blue print rencana mengapungkan Jakarta dengan berbagai tahap yang akan dilaksanakan, dengan semangat untuk menyelamatkan Jakarta dan menjadikannya sebagai bentuk usaha dan perjuangan mempertahankan warisan Indonesia yang tak tergantikan kita akan menjadikannya nyata, menjadikan Jakarta sebagai kota pertama yang diapungkan dalam sejarah.
Memang sebuah proyek yang gila dan ambisius, akan tetapi
sejarah telah membuktikan sebuah terobosan dan inovasi selalu dilakukan oleh
orang yang dianggap gila pada masanya dan dijuluki jenius ketika kegilaannya
menjadi kenyataan dimasa depan.