Dalam
khazanah kekayaan budaya bangsa kita yang sangat beragam kita mengenal adanya
cerita rakyat dan salah satu cerita rakyat yang populer adalah cerita rakyat
Malin Kundang yang berasal dari Sumatera Barat, diceritakan ada seorang pemuda
yang bernama Malin Kundang yang pada awalnya adalah pemuda biasa di suatu desa
yang hidup bersama ibunya dengan sederhana hingga pada suatu saat ia memutuskan
untuk pergi merantau dan setelah Malin Kundang sukses diperantauan, kemudian
kembali ke kampung halamannya ia enggan mengakui ibunya karena merasa malu
hingga sang ibu murka dan mengutuknya ia berkata “Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!”
setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku hingga pada
akhirnya benar-benar menjadi sebuah batu karang yang hingga saat ini dipercaya
berada di Pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
dalam kisah Malin Kundang tersebut jelaslah bahwa dalam kultur kita Ibu
memiliki sebuah arti yang begitu penting hingga pada akhirnya tuhan menjatuhkan
hukumannya kepada anak yang telah durhaka dan menyakiti ibunya.
Selain
itu dalam agama islam seorang ibu pun mendapatkan kedudukan yang luar biasa
hingga kita sering mendengar dari para ustadz, penceramah ataupun guru perkataan
“Surga berada dibawah telapak kaki ibu” begitu istimewanya seorang ibu hingga
sang nabi menisbatkan surga sesuatu yang diinginkan setiap orang yang beriman
berada dibawah telapak kaki ibu, bahkan ketika Nabi Muhammad SAW ditanya oleh
sahabatnya “kepada siapakah aku harus berbakti” beliau menjawabnya Ibu, ibu dan
ibu sebanyak tiga kali setiap kali ditanyakan pertanyaan yang sama menjadikan
ibu sebagai orang pertama yang harus kita hormati dan sebagai tempat berbakti,
dan saya yakin dalam ajaran setiap agama juga pastilah menempatkan ibu ditempat
yang mulia dan istimewa.
Betapa
mulia dan istimewanya kedudukan seorang ibu tidaklah lagi terbantahkan,
tidaklah berhak kita untuk menyakitinya walaupun hanya dengan berkata “ahhhh”
padanya, kasih sayang ibu kepada anaknya sudah jelas terlihat, begitu banyak
pengorbanan yang beliau berikan untuk anak-anaknya bahkan kasih sayang tersebut
bisa kita saksikan pada binatang dimana induk binatang menjaga anak-anaknya
baik dari pemangsa, kedinginan ataupun hal lainnya.
Pengorbanan
dan perjuangan ibu ketika mengandung selama sembilan bulan hingga pada akhirnya
melahirkan kita adalah sebuah perjuangan yang benar-benar pada hakikatnya
mempertaruhkan nyawa, pada umumnya manusia hanya dapat menahan rasa sakit
sebesar 45 del (satuan rasa sakit) sedangkan dalam proses melahirkan sang ibu
akan merasakan rasa sakit hingga 57 del yang digambarkan oleh para ahli
bagaikan 20 tulang yang dipatahkan secara serentak, dan resiko kematian bagi
ibu melahirkan yang di istilahkan sebagai Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
menurut Kemenkes adalah 355 kematian dalam 100 ribu kelahiran, yang apabila
kita bandingkan dengan negara-negara di Asia merupakan angka yang sangat besar.
Angka Kematian
Ibu (AKI) tinggi salah siapa?
Sumber : Litbang “kompas”/NDW, diolah dari berbagai sumber Grafik : Dicky/Rianto
Definisi dari angka kematian ibu menurut International Statistical Classification of Disease,
Injuries, and Causes of Death adalah Kematian seorang perempuan yang terjadi
selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa
memperhatikan lama dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau
dipicu oleh kehamilannya, atau penanganan kehamilannya,
tetapi bukan karena kecelakaan, berdasarkan
hasil survei Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu
pada tahun 2007 mencapai angka 228 per 100 ribu kelahiran hidup dan ternyata
pada tahun 2012 angka itu mengalami kenaikan hingga mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, terjadi
peningkatan sebanyak 57% dalam kurun waktu 5 tahun.
Angka
kematian ibu di Indonesia apabila dibandingkan dengan beberapa negara Asia
lainnya seperti yang ditunjukkan oleh grafik diatas masih sangatlah tinggi
angka kematian ibu di Indonesia masih lebih besar dari India yang jumlah
penduduknya lebih dari 1 milyar jiwa 4 kali lipat dari penduduk Indonesia dan
hanya selisih 80 dengan Timor Leste yang penduduknya hanya sekitar 1 juta jiwa,
tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang sangat tinggi berdasarkan data
tersebut sangat mengkhawatirkan ditambah kenyataan bahwa terjadi peningkatan
yang cukup berarti dari tahun ketahun, Pertanyaan mendasarnya adalah apa yang
menyebabkan angka kematian ibu di Indonesia tinggi? Bagaimana menurunkan angka
kematian ibu? kontribusi apa yang dapat kita lakukan? Jangan biarkan bayi-bayi
yang baru lahir itu kehilangan kehangatan ibunya, menjadikan malaikat
pelindungnya tidak bisa melindunginya.
Menurut
Women Research Institute (WRI) penyebab tingginya angka kematian ibu di
Indonesia sangat kompleks dan beragam diantaranya yang memiliki pengaruh
signifikan adalah faktor kemiskinan, kebijakan yang bias gender, keadaan
geografis yang sulit dan infrastruktur yang kurang memadai.
Persoalan
pertama yang diyakini mempunya kontribusi besar terhadap tingginya angka
kematian ibu di Indonesia adalah mengenai kemiskinan, pada dasarnya adalah
persoalan yang sangat krusial dimana ketika pelayanan kesehatan dalam hal ini
adalah persalinan tidak dapat dijangkau oleh rakyat miskin dan mereka lebih
memilih untuk melahirkan dibantu dukun beranak atau cara lain membuat proses
persalinan menjadi lebih beresiko memang dalam proses persalinan biasa mungkin
proses persalinan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi apabila terjadi
komplikasi dalam proses persalinan dan terlambat untuk diantisipasi resiko
kematian ibu akan menjadi sangat tinggi, menurut WRI walaupun di puskesmas
sekalipun telah ada surat keputusan dari bupati bahwa pelayanan kesehatan ibu
dan anak adalah gratis, tercatat sekitar 49 persen masih mengeluarkan biaya
kurang dari Rp. 300.000 belum termasuk ongkos perjalanan menuju fasilitas kesehatan
dan obat-obatan hinggal hal ini membuat rakyat yang keadaan ekonominya lemah
enggan untuk memeriksakan kehamilannya dan memilih proses persalinan secara
tradisional dan menurut data Badan Pusat Statistik pada bulan Agustus 2010
persentase kelahiran bayi menurut penolong terakhir adalah dokter sebesar 15,3
%, bidan tenaga medis 61,2%, tenaga medis 1 %, dukun 21,3%, keluarga 1,2 %.
Keadaan
geografis juga ikut menyumbang besarnya angka kematian ibu di Indonesia, masih
banyak desa-desa terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan hingga
menyebabkan terlambatnya penanganan terutama disaat terjadinya komplikasi yang
membahayakan ibu dan janin, lalu selanjutnya adalah infrastruktur yang kurang
memadai seperti akses jalan dan transportasi juga menjadi kendala yang cukup
serius banyak daerah di Indonesia terutama daerah pedalaman.
Jumlah
bidan memang jauh dari mencukupi menurut ikatan bidan Indonesia saat ini ada
sekitar 80.000 bidan untuk seluruh Indonesia
akan tetapi yang menambah parah kekurangan bidan adalah tidak meratanya
penyebaran bidan di Indonesia masih banyak desa-desa di berbagai wilayah tidak
memiliki bidan desa, yang pada akhirnya membuat akses untuk mendapatkan
pelayanan persalinan yang memadai semakin sulit.
Mari
berkontribusi mengurangi AKI di indonesia
Diperlukan
sinergi dari semua elemen masyarakat untuk menekan angka kematian di Indonesia
mulai dari pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat. Pemerintah dalam hal
ini adalah kementerian kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di
Indonesia pada 26 September 2013 mencanangkan Rencana Aksi Nasional Percepatan
Penurunan Angka Kematian Ibu (RAN PPAKI) dengan fokus untuk meningkatkan akses
masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, pada dasarnya juga
keseriusan pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan bersama seluruh elemen
masyarakat dapat menjadi jalan solusi bagi banyak permasalahan di Indonesia
termasuk menekan tingginya angka kematian ibu.
Masyarakat
dapat berkontribusi dalam menekan angka kematian ibu dengan lebih memperhatikan
kesehatan ibu hamil dan janin jangan pertaruhkan nyawa ibu dan bayi dengan
kelalaian dari kita, semua patut mengetahui dan memperhatikan tahapan-tahapan
dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu hamil dan janin. Pada akhirnya
yang menentukan hidup dan mati adalah Tuhan yang maha kuasa akan tetapi jangan
biarkan ibu berjuang sendirian menghadapi persalinan yang mempertaruhkan nyawa
jangan biarkan kelalaian kita menjadikan seorang bayi kehilangan kehangatan
ibunya atau bahkan tidak mengenali kehangatan ibunya, mari kita semua bahu
membahu menekan angka kematian ibu di Indonesia.
Hiç yorum yok:
Yorum Gönder