Pernahkah terlintas
dipikiran kita untuk menjadi seorang walikota, gubernur, menteri atau bahkan
presiden? Menjadi seorang pemimpin rakyat bukanlah hal mudah juga bukan juga
hal yang susah sebagaimana sindiran yang disampaikan K.H. Mustofa Bisri yang
akrab dipanggil Gus Mus“Siapa bilang ngurus indonesia itu sulit.
Lihatlah mereka yang bertanggung jawab ngurus negeri ini bisa
melaksanakannya hanya sebagai sambilan” sindiran ini dilontarkan sebagai kritik
dimana banyak pejabat, menteri dan bahkan presiden dinegeri kita tercinta ini
merangkap jabatan sebagai ketua partai politik.
Pepatah belanda mengatakan “Leiden iz Lijden”
yang artinya memimpin adalah menderita, menjelaskan bahwa menjadi seorang
pemimpin adalah dimana kita menjadi orang yang selalu menderita memikirkan
bagaimana agar yang dipimpin bisa menjadi lebih baik, akan tetapi Rasul akhir
zaman, nabi yang merupakan penutup para nabi mendefinisikan kepemimpinan dengan
lebih akurat dan jelas, Rasulullah SAW bersabda :”Sayyidul qaumi, Khadimuhum”
yang artinya Pemimpin suatu kaum adalah orang yang melayani kaum tersebut,
Rasulullah memberikan pandangan kepada kita bahwa menjadi pemimpin bukanlah
untuk menyombongkan diri atau bahkan korupsi, akan tetapi menjadi pemimpin
untuk dapat melayani.
Dikisahkan ketika Umar bin Khattab RA Menjabat
sebagai khalifah kaum muslimin yang kedua ia menugaskan kepada seseorang untuk
datang setiap hari kepadanya dan mengingatkan dirinya akan kematian, bisa jadi
pada waktu itu Umar bin Khattab telah menyadari konsep “Power tends to
corrupt” yang berarti kekuasaaan itu cenderung korup yang dikemukakan oleh
Lord Acton seorang sejarawan italia pada abad ke-18, dengan menyadari hal itu
Umar bin Khattab RA menahan kecenderungan kekuasaan yang berada ditangannya
dengan selalu mengingat kematian.
Dan diriwayatkan pada zaman Rasulullah SAW pada suatu
ketika ada seorang pemuka kaum yang berzina, tentu saja ia akan dikenakan
hukuman sebagaimana yang berlaku. Akan tetapi dikarenakan ia seorang pemuka
suatu kaum beberapa orang meminta kepada seorang sahabat untuk membujuk
Rasulullah SAW agar orang yang berzina itu dibebaskan dari hukuman, ketika
sahabat tersebut mencoba untuk membujuk
Rasullah SAW, Rasulullah pun marah dan berkata “Sungguh inilah sebab yang
menghancurkan kaum-kaum sebelum kalian. Bila pemukanya melakukan dosa mereka
tidak menghukumnya sedangkan ketika rakyat kecil melakukan dosa mereka
menghukumnya seberat-beratnya. Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya,
Seandainya putriku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya”.
Begitulah ketegasan Rasulullah SAW dalam kepemimpinannya, beliau tidak seperti
pisau yang tajam kebawah akan tetapi tumpul keatas, ia menyebarkan keadilan
dengan seadil-adilnya.
Pada akhirnya kita semua adalah pemimpin, setidaknya
pemimpin atas diri kita sendiri atau keluarga kita nanti sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW “Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian akan
diminta pertanggungjawan atas apa yang kalian pimpin” untuk itu perlu bagi kita
untuk memahami bahwa kepemimpinan bukan sebuah tahta kesombongan juga bukan
sebuah ladang untuk korupsi, melainkan sebuah amanah dengan tugas untuk
melayani dari hati.