Aku terlalu naif, itulah yang aku
pikirkan setelah kembali melihat tulisanku sebelumnya. Aku menulis tapi tidak
mau orang mengetahui apa yang aku pikirkan atau aku rasakan ahh entahlah
seharusnya aku lebih jujur dan lebih bebas menuliskan apa yang aku inginkan itu
akan lebih baik bagiku, kalau aku menulis lebih bebas tulisan kemarin akan jadi
seperti ini :
Dan aku mulai menulis,
perkenalkan nama saya Ilham Inci seorang santri di pesantren tahfiz yang berada
dijakarta sebuah pesantren yang tidak biasa, dan lagi punya sistem menghafal
yang unik yang katanya sukses menjadikan salah seorang muridnya menjadi seorang
hafizh(penghafal Al-qur’an) dalam lima bulan tapi nanti saja saya tulis tentang
pesantren dan sistemnya, sekarang aku punya masalah yang yang membuat tidak
tenang siang dan malam, bukan!! Bukan tentang cinta atau hutang tapi aku ingin
menulis.
Yaa keinginan untuk menulis,
hobiku membaca membuatku selalu ingin menulis entah tentang apa, mungkin aku
bisa menulis roman seperti “Les miserables”nya Victor Hugo sastrawan prancis
yang terkenal itu yang kini romannya telah di filmkan di tahun 2013 ini, atau
seperti “Anna karenina” milik sastrawan dunia yang berasal dari rusia, Leo
Tolstoy. Atau bisa juga seperti roman milik sastrawan indonesia yang terkenal
di kancah internasional, Pramoedya Ananta Toer dengan tetralogi burunya dengan
tokoh utamanya Raden Mas Minke berlatar belakang kehidupan di zaman kolonial
belanda. Ahhh tapi tidak mungkin aku ini kan orangnya angin-anginan atau kata
peribahasa kerennya itu “anget-anget tai ayam” mana mungkin bisa membuat roman
beratus-ratus lembar seperti itu lagi pula para sastrawan itu didalam
tulisannya punya nilai-nilai kebajikan yang mereka perjuangkan, nilai-nilai
yang mereka dapatkan dalam pergulatan batin bertahun-tahun tidak mungkin aku
bisa membuat roman seperti itu.
Menulis memang sesuatu yang unik,
seperti yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer “menulis itu memeras otak sampai
tidak ada yang tersisa” , satu hal yang sering aku dengar dari para penulis
ketika ditanya bagaimana bisa menghasilkan karya yang bagus? Mereka menjawab “Menulislah,
mulailah menulis”.
Aku telah memulai dan jalanku
masih panjang, aku telah memberanikan diri membuat tulisan lagi, jumat ini aku
menulis SU-JU (Suguhan Jumat) betapa berharganya iman, memang masih banyak
kekurangannya,walau titel-nya cukup keren “SU-JU” tapi setelah aku baca lagi
isinya terlalu menggurui, dan terlalu kaku padahal inikan bukan tugas
kuliah(walaupun aku tidak kuliah heheh) harusnya dibuat lebih mudah dimengerti
dan lebih simple.
Seperti kata para trainer dan
motivator “seribu langkah itu dimulai dari langkah pertama makanya mulailah
melangkah” dan petualangan menulis ini baru saja dimulai.
Hiç yorum yok:
Yorum Gönder